BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pembelajaran menurut UU SPN No 2 tahun
2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan beajar. Pembelajaran mempunyai 2 manfaat dan karakter.
Pertama, dalam proses pembelajaran proses mental siswa dilibatkan secara
maksimal, maksudnya siswa tidak hanya mendengar dan mencatat melainkan juga
harus berfikir. Kedua dengan pembelajaran akan terbangun suasana dialogis dan
proses tanya jawab secara terus menerus, yan bertujuan untuk meningkatkan
berfikir siswa sehingga siswa dapat memeperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi
sendiri.
PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai dan
pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa dalam hal
perancangan pembelajaran PKn perlu mempertahatikan karakteristik pembelajaran
PKn itu sendiri. Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau
mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Untuk anak-anak MI pada kelas-kelas rendah
(kelas 1 sd kelas 3), pembelajaran materi PKn dapat diawali dengan
memperkenalkan mereka pada sejumlah aturan-aturan hidup yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan madrasah, dan
lingkungan masyarakat sekitar. Pengenalan terhadap keberadaan aturan- aturan
tersebut hendaknya diarahkan pada tumbuhnya kesadaran pada diri anak tentang
perlunya aturan dalam kehidupan kita. Perlu diperhatikan bahwa di kelas rendah,
mengingat kemampuan berpikir anak masih bersifat holistik, maka pembelajaran
hendaknya lebih banyak pada upaya pembiasaan.
Media pembelajaran yang dapat digunakan adalah
dengan memanfaatkan pengalaman langsung yang diperoleh anak-anak dalam
keluarga, kelompok permainan, dan dalam kehidupan di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami
merumuskan masalah sebagai yaitu: “Apa dan bagaimana desain dan model
pembelajaran PKn untuk kelas rendah?”
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Memiliki pemahaman dan wawasan yang luas dan
komprehensif tentang desain pembelajaran tematis PKn dan model pembelajaran
tematis PKn MI kelas rendah
2. Memiliki kemampuan merancang pembelajaran
kreatif dan partisipatif untuk PKn MI kelas rendah
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kali ini, akan
dibahas tentang desain pembelajaran PKn di MI Kelas Rendah. Bahasan tentang
desain pembelajaran di MI kelas rendah ini sangat penting karena siswa MI kelas
rendah memiliki karakteristik unik yang berbeda dari karakteristik siswa MI
kelas tinggi. Namun, sebelum membahas tentang hal tersebut, perlu ada kejelasan
tentang pembelajaran tematik.
A. Pembelajaran Tematik
Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti
diteorikan oleh Piaget peserta didik SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun
berada pada tingkat operasi konkrit (concrete operation) dan awal dari operasi
formal (formal operation) yang ditandai dengan mulai berkembangnya abstraksi
dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti dikonsepsikan
oleh Paul R. Hanna dalam model lingkup kehidupan semakin meluas (expanding
environment), peserta didik di SD/MI berada dalam lingkup komunitas dan sosial
budaya, rumah, sekolah dan lingkungan sekitar (lingkungan desa sampai dengan
lingkungan negara).
Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis
dan lingkup interaksi sosial budaya
peserta didik telah
ditetapkan bahwa pelaksanaan
kegiatan kurikuler di MI
dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri atas kelas-kelas rendah (I,
II dan III), dan penggal kedua terdiri atas kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk kelas-kelas rendah
kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematis, sedangkan
untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran
berbasis mata pelajaran.
Pembelajaran tematis adalah bentuk
pengorganisasian pembelajaran terpadu. Dalam pembelajaran bentuk ini peserta
didik belajar melalui pemahaman dan pembiasaan perilaku yang terkait pada
kehidupannya. Peserta didik belum secara formal diperkenalkan pada mata
pelajaran. Tujuan akhir dari pembelajaran tematik adalah berkembangnya potensi
peserta didik secara alami sesuai dengan usia dan lingkungannya. Dalam
pembelajaran berbasis mata pelajaran peserta didik sudah secara formal
diperkenalkan kepada mata pelajaran yang ada dalam kurikulum SD/MI.
Bredekamp (1992) berpandangan bahwa pada usia
pendidikan dasar (6-15 tahun) kemampuan intelektual, sosio emosional, fisik dan
moral anak, berkembang secara terpadu, sehingga proses pengembangan dalam
pembelajaran harus dilangsungkan secara terpadu. Dalam kurikulum SD/MI tahun
2004 pembelajaran terpadu untuk kelas- kelas awal (kelas 1 dan II) menggunakan
pendekatan pembelajaran tematik.
Sementara itu dalam kurikulum
tahun 2006 pembelajaran tematik
direncanakan di kelasI, II, dan III.
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran
yang menggunakan tema tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang
mengakomodasikan berbagai kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata
pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah aplikasi
pendekatan pembelajaran terpadu yang dikembangkan melalui suatu “tema” yang di
dalamnya terkandung kompetensi dasar dan materi yang saling berkaitan antarmata
pelajaran berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar dari masing- masing mata
pelajaran.
Adapun yang dimaksud pembelajaran terpadu adalah
proses pembelajaran yang mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang
berkaitan dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu
kurikulum sekolah. Keterkaitan ini dapat terbentuk:
· keterkaitan
materi dan kompetensi
dasar dalam suatu
mata pelajaran dengan kebutuhan/pengalaman anak dan
lingkungan sosial anak.
· keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam
beberapa mata pelajaran dengan kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial
anak.
Melalui sistem pembelajaran terpadu, memungkinkan
siswa secara individual maupun
kelompok aktif menggali
dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna, dan otentik. Karakteristik model pembelajaran
terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat
diperlukan terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam
menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi
pemilahan yang artificial (Richmond, 1977; Joni, 1996).
Secara definitif kurikulum tematis adalah
kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi,
keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133). Selanjutnya, Wolfinger
(1994) dan Suwignyo,
(1996) menjelaskan bahwa pemaduan
tersebut didasarkan pada pertimbangan rasional antara lain:
1. kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman belajar
bersifat interdisipliner;
2. untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya
diperlukan multiskill
3. adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang
tinggi dalam pemecahan masalah;
4. memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika
dan transfer pemahaman antarkonteks;
5. demi efisiensi;
6. adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi
dalam proses pembelajaran.
Dalam
pembelajaran tematik terdapat
beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian yaitu:
1. pembelajaran tematik dimaksudkan agar
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh;
2. dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu
mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak
dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan;
3. usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak;
4. lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan
dicapai daripada tema (Ahman, Dkk, 2004).
Pembelajaran tematik memiliki
kekuatan/keunggulan antara lain:
1. pengalaman
dan kegiatan belajar
relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan
siswa;
2. menyenangkan karena bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa;
3. hasil belajar akan bertahan lebih lama karena
lebih berkesan dan bermakna;
4. mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan
permasalahannya yang dihadapi;
5. menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja
sama, toleransi, komunikasi dan
6. tanggap terhadap gagasan orang lain.
Hasil studi yang dilaporkan Pappas dan Kiefer
(1995) bahwa model pembelajaran tematik sangat cocok diberikan kepada anak
didik pada kelas rendah. Pembelajaran tematik memadukan berbagai mata pelajaran
dalam kurikulum dan menghubungkannya melalui jaringan topik atau tema. Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran
tematik tidak hanya sebagai kerangka bahan ajar dan konstruk penmgetahuan bagi
peserta didik, namun juga dapat dipandang sebagai alat untuk mengkaji berbagai
kajian budaya bagi anak didik usia dini.
Pada uraian di atas ditegaskan bahwa tema dalam
pembelajaran tematis merupakan sentral kajian pembelajaran. Tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi
pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Bagaimana peran tema dalam
pembelajaran tersebut? Peran tema dimaksudkan agar:
1. siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema
tertentu;
2. siswa dapat mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama;
3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan;
4. kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih
baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5. siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna
belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran
yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam
dua atau tiga pertemuan.
B. Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik
Setelah kita membicarakan konsep dasar
pembelajaran tematik, mari kita kaji bersama langkah-langkah pembelajaran
tematik. Dalam pembahasan langkah-langkah pembelajaran tematik ini akan
dipaparkan tentang langkah-langkah pembelajaran tematik antarmata pelajaran di
SD/MI.
Secara umum langkah-langkah menyusun
pembelajaran tematik antarmata pelajaran sebagai berikut.
1. mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan
semester yang sama dari setiap mata pelajaran;
2. membuat/memilih
tema yang dapat
mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelas dan semester;
3. membuat
matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik;
4. membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam
bentuk matrik atau jaringan tema;
5. menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan
tema pembelajaran tematik;
6. menyusun rencana pembelajaran tematik
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kita
mencoba menyusun rencana pembelajaran tematik untuk siswa sekolah dasar tempat
mengajar yang dituangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perlu
diperhatikan bahwa dalam menyusun silabus hendaknya kita menciptakan berbagai
kegiatan sesuai dengan tuntutan kompetensi dan tema yang sudah ditetapkan. Jika
ada kompetensi dasar yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematis
hendaknya dibuat silabus tersendiri.
Pandangan lain dikemukakan oleh Dyah
Sriwilujeng, (2006) yang mengajukan enam langkah tematik antarmata pelajaran di
SD/MI, yakni sebagai berikut :
1. Membuat/memilih tema
2. Melakukan analisis indikator, kompetensi dasar
dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dan membagi alokasi waktu
3. Melakukan pemetaan hubungan kompetensi dasar, indikator dengan tema
4. Membuat pengelompokkan jaringan indikator
5. Melakukan penyusunan silabus
6. Menyusun Rencana Pembelajaran
C. Model Pembelajaran PKn MI Kelas Rendah
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang
mengintegrasikan beberapa mata pelajaran
atau materi pokok yang terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Yang dipadukan di sini adalah
materi atau bahan ajar sebagai upaya agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa. Pengembangan materi ini hendaknya disesuaikan dengan kedalaman dan
keluasan materi pada kurikulum.
Materi dalam
kurikulum dapat dikembangkan dengan memperhatikan tahap perkembangan
siswa, kesesuaian materi dengan lingkungan, atau kebutuhan lingkungan setempat.
Pengembangan materi ini dapat dilakukan antara lain dengan membuat jaringan
topik/tema, membuat bagan arus kegiatan, dan mengembangkan jaringan lintas
kurikulum.
Dilihat dari cara memadukan konsep/materi,
keterampilan, topik, dan unit tematiknya,
terdapat sepuluh model
atau cara merencanakan
pembelajaran terpadu yaitu 1)
fragmented; 2) connected; 3) nested; 4) sequented; 5) shared; 6) webbing; 7)
threated; 8) integrated; 9) immersed; dan 10) networked (Robin Fogarty (1991).
Dari kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan sering
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed,
connected, dan integrated. Diantara ketiga model tersebut, yang paling cocok
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar
kelas rendah adalah model
Webbed. Mengapa demikian?
karena pada tahap ini siswa pada
umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan
fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan
emosional. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pengembangan model
pembelajaran yang akan diuraikan di sini adalah model webbed. Sedangkan model
connected dan integrated hanya akan dibahas sepintas untuk membedakan dengan
model webbed.
1. Model
Webbed
Model
“webbed” sering disebut
jaring laba-laba, adalah
model pembelajaran yang
dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat
disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Tema dalam model ini dapat
dijadikan pengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu
maupun lintas mata pelajaran. Oleh karena itu, model ini pada dasarnya
merupakan bentuk perpaduan yang bertolak dari pendekatan tematis inter atau antarmata
pelajaran dalam mengintegrasikan bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema sebagai
sentral dijadikan sebagai landas tumpu penyampaian isi pembelajaran
interdisipliner maupun antardisipliner.
Memahami
dan memilih tema esensial yang memiliki keterkaitan materi yang dapat
dipadukan. Sebenarnya bagi guru sekolah dasar (terutama guru kelas) tidak akan
banyak menemui kendala karena sudah terbiasa mengajar berbagai mata pelajaran
sehingga sudah paham betul tentang butir-butir materi setiap mata pelajaran. Pemahaman
kita tentang butir-butir setiap mata pelajaran tentu saja akan memudahkan dalam
membuat tema yang bisa dipadukan dan dikaji dari beberapa mata pelajaran.
Sekali
lagi dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran
dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran. Model yang dikembangkan
dalam kurikulum 2006 adalah pembelajaran tematis antarmata pelajaran dengan
tumpuannya mata pelajaran bahasa Indonesia karena siswa kelas awal (khususnya
kelas 1) masih belajar membaca dan menulis. Pada kesempatan ini paduan antarmata pelajaran akan mengambil
tema yang berasal dari mata pelajaran PKPS khususnya materi Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam kurikulum 2004 pembelajaran tematis dipergunakan untuk
kelas I dan II, namun dalam kurikulum 2006 untuk kelas I, II, dan III.
Setelah kita menetapkan mata pelajaran yang akan
dipadukan, kemudian pelajarilah kompetensi dasar dan indikator pada kelas dan
semester yang sama dari setiap mata pelajaran. Setelah itu buatlah tema untuk
mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester,
dan buatlah jaringan kompetensi dasar/ indikator yang menggambarkan hubungan
dengan tema. Contoh tema mata pelajaran
atau materi PKn yang bisa dihubungkan dengan mata pelajaran lain diantaranya hidup
hemat, bangga bertanah air Indonesia, hidup tertib/disiplin, dan kemajemukan.
Seandainya
kita mengambil tema ”bangga bertanah air Indonesia”, maka dapat
dikembangkan jaringan indikatornya seperti berikut.
Gambar/ matrik di
atas menunjukkan contoh hubungan tema dari mata pelajaran PKn dengan
indikator-indikator mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, IPA, Kertakes,
dan PKn. Hal ini tidak berarti tema tersebut tidak berhubungan dengan mata
pelajaran lain seperti Agama, pengetahuan sosial (materi geografi), dan
pendidikan jasmani. Oleh karena itu, kita sebagai guru kelas dipersilakan untuk
mengembangkan hubungan tema tersebut dengan jaringan indikator mata pelajaran lainnya.
Setelah membuat
jaringan Indikator, kemudian buatlah
pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk jaringan tema model jaring laba-laba
(webbed) sesuai dengan jaringan indikator tersebut di atas.
Matrik di atas
menggambarkan jaringan tema Bangga bertanah air Indonesia dengan sub tema (anak
tema) mata pelajaran lain. Kode ”A”
yaitu cerita pendek tentang alam atau peristiwa alam Indonesia merupakan anak
tema yang diambil dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Anak tema tersebut
dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya menyimak dan membuat cerita
pendek tentang peristiwa alam yang pernah terjadi di daerahnya.
Kode ”B” yaitu
menjumlah merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran matematika yang
kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya menjumlah
peristiwa alam di daerahnya seperti longsor atau gunung meletus yang
pembelajarannya diarahkan kepada kesadaran menjaga kelestarian lingkungan.
Kode “C” yaitu baca
Dalil merupakan tema mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), yang memiliki
anak tema diantaranya menjelaskan makna setelah menghafal dalil (Mahfudhat).
Target dari belajar ini agar anak tahu bahwa agama juga mengajarkan cinta tanah
Air.
Kode ”C” yaitu
pencemaran merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran IPA, yang
kemudian memiliki anak tema faktor penyebab dan dampak pencemaran lingkungan
yang dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia dan lingkungan alam sekitar.
Dalam hal ini target hasil belajarnya adalah kesadaran untuk mencintai
lingkungan alam di daerahnya seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak
mencemari hutan, dan sebagainya.
Kode” D” yaitu karya
seni rupa merupakan anak tema mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian,
yang memiliki anak tema diantaranya membuat lukisan keindahan alam Indonesia
dan membuat kolase yang dikembangkan dari obyek dan bahan di alam sekitar.
Terakhir kode ”E”
yaitu cinta tanah air merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran PKn
dengan harapan siswa memiliki sikap dan perilaku cinta dan bangga terhadap
kekayaan dan keindahan alam Indonesia.
Dalam
mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan
kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan
Penilaian. Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah perencanaan pembelajaran
terpadu sebagaimana telah diuraikan di atas atau kegiatan belajar 1 yaitu:
menetapkan pembelajaran yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi dasar
setiap mata pelajaran; membuat/memilih tema; membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar
dengan tema/topik; membuat
pemetaan pembelajaran tematik
dalam bentuk matrik atau jaringan tema; menyusun silabus,
dan menyusun rencana pembelajaran
tematik.
Tahap pelaksanaan
merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan menggunakan
pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat dipilah menjadi
kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap penilaian
merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang
meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian. Kegiatan guru dalam tahap
pelaksanaan dan penilaian biasanya sudah dirumuskan secara rinci dalam Rencana
Pembelajaran dan silabus terlebih dahulu.
Dengan merujuk pada
kurikulum 2004, banyak guru atau kelompok guru yang mengembangkan tema-tema
pembelajaran yang mengambil tema utamanya dari mata pelajaran lain (bukan dari
mata pelajaran PKn). Tema-tema antarmata pelajaran yang dikembangkan untuk kelas 1 antara lain diri sendiri;
keluarga; lingkungan; pengalaman; kegemaran; dan kebersihan, kesehatan, dan keamanan.
Kita sebagai guru
yang mengajarkan mata pelajaran PKn dapat juga membuat tema yang diambil dari
konsep-konsep PKn seperti
tertib/disiplin, hak dan kewajiban anak, dan hidp hemat. Dapat juga tema yang
sudah ada kemudian dimodifikasi dari
konsep- konsep PKn seperti tema ”lingkungan” dimodifikasi jadi ”rukun dalam
kemajemukan” (Bhinneka Tunggal Ika),
tema ”keluarga” menjadi ”kasih sayang”, dan sebagainya. Tema- tema PKn
tersebut kemudian dipadukan dengan mata pelajaran lain.
Selain dipadukan
dengan mata pelajaran lain, Anda dapat membuat jaringan laba- laba tersebut
dalam intra mata pelajaran PKn. Misalnya tema hak dan kewajiban anak dapat
dilihat kewajiban terhadap diri sendiri,
hak dan kewajiban di rumah, di sekolah, dan lingkungan masyarakat. Tema
disiplin bisa dilihat dari disiplin diri sendiri, di rumah, sekolah, dan
masyarakat. Tema kasih sayang (kurikulum 2004) bisa dikembangkan melalui jaring
laba-laba yang meliputi sikap sayang terhadap diri sendiri (seperti mandi,
makan, gosok giri), sayang terhadap anggota keluarga ( ayah, ibu, kakak,
adik,) sayang terhadap warga sekolah (guru, teman) dan sayang terhadap masyarakat sekitar
(teman, orang lebih tua).
Ketika kita
mempelajari kegiatan belajar 1 modul ini, telah disinggung bahwa tema dalam
pembelajaran tematik memiliki peran antara lain memudahkan siswa memusatkan
perhatian pada suatu tema tertentu, dan guru dapat menghemat waktu. Sebagai contoh mari kita lihat dalam
kurikulum PKn (2006) kelas III semester 1 terdapat dua standar kompetensi yang
salah satunya dirumuskan dalam kalimat
“Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat”. Dari standar kompetensi tersebut dirinci
menjadi 3 kompetensi dasar yaitu:
1) mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat
sekitar;
2) menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan masyarakat;
3) melaksanakan aturan yang berlaku di lingkungan
masyarakat
Ketiga kompetensi
dasar tersebut dapat diikat dalam satu tema misalnya ”norma masyarakat”. Dari tema tersebut kemudian dirumuskan anak
tema, dan dari anak tema dapat dibuat anak tema lagi. Persoalannya, bagaimana
merumuskan anak tema? dalam suatu norma selalu ada muatan langsung atau tidak
langsung tentang hak dan kewajiban individu dari norma tersebut. Misalnya
aturan tidak boleh merokok, maka ada kewajiban individu untuk tidak merokok dan
sekaligus hak individu menikmati udara bersih.
Selanjutnya dilihat
dari ruang lingkupnya, muatan materi mata pelajaran PKn meliputi antara lain
kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya, sehingga tema di atas dapat
dilihat dari bidang-bidang kehidupan tersebut.
Berdasarkan
argumentasi tersebut, tema norma
masyarakat bisa dibagi menjadi anak tema norma dalam kehidupan politik,
kehidupan sosial, kehidupan budaya, dan kehidupan ekonomi. Masing-masing norma
bidang kehidupan tersebut meliputi hak dan kewajiban. Jika divisualkan dapat dirumuskan dalam
jaringan tema/topik di bawah ini.
Dari sub-sub tema hak
dan kewajiban dari setiap bidang kehidupan dapat dirinci menjadi sikap dan
perbuatan. Misalnya kewajiban dalam bidang politik dalam kehidupan
masyarakat yaitu menghargai
pendapat orang lain, menerima perbedaan
pendapat, dan sebagainya. Hak bidang politik misalnya hak dihargai
pendapatnya, hak untuk menentukan pilihan dalam pemilihan ketua kelas atau
ketua kelompok diskusi. Demikian pula dalam bidang lain dapat dirinci seperti
dalam bidang politik. Dipersilakan untuk Anda mengembangkannya sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
Tema di atas
merupakan upaya menanamkan sikap dan perilaku disiplin/tertib siswa dalam
kehidupan sehari-hari untuk menggiring siswa menjadi anggota keluarga dan
masyarakat, warga sekolah dan warga negara yang baik (Good Citizenship).
Pembentukan warga negara yang baik merupakan tujuan dari mata pelajaran PKn.
Langkah-langkah yang
ditempuh:
1. Guru menyiapkan tema utama dan tema lain yang
telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang
studi.
2. Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih.
3. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga
materinya lebih luas.
4. Guru memilih konsep atau informasi yang dapat
mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.
2. Model Connected
Langkah yang ditempuh dalam pembelajaran ini:
1. Guru menentukan tema-tema yang dipilih dari
silabus.
2. Guru mencari tema yang hampir sama/relefan
dengan tema-tema yang lain.
3. Tema-tema tersebut diorganisasikan pada tema
induk.
4. Guru menjelaskan materi yang terdiri dari
beberapa tema diatas.
5. Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang
diajarkan.
6. Dengan bimbingan guru siswa membuat kelompok
kecil.
7. Dengan bimbingan guru pada siswa di minta untuk
mengerjakan tugas kelompok dari guru.
8. Guru memberikan kesimpulan, penegasan,evaluasi
secara tertulis dan sebagai alat tindak lanjut guru menugaskan pada siswa untuk
menyusun portofolio dan dikumpulkan minggu depan.
Model connected (berhubungan) dilandasi anggapan
bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran
tertentu. Misalnya butir-butir pembelajaran ideologi Pancasila, hukum, dan
ketatanegaraan atau materi tentang hak dan kewajiban, ketertiban, demokrasi
dapat dipayungkan pada mata pelajaran PKn. Dalam model ini guru perlu menata
butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran secara tematis, karena
pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tidak berlangsung
secara otomatis.
Berdasarkan uraian di atas, maka matrik 3
merupakan contoh model connected dalam mata pelajaran PKn, selain juga
merupakan model webbed.
3. Model Integrated
Sejumlah tema (topik) pembelajaran dari mata
pelajaran yang berbeda tetapi esensinya sama dalam sebuah tema /topik tertentu.
Model ini berangkat dari adanya tumpang tindih beberapa konsep, keterampilan,
dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran sehingga perlu adanya
pengintegrasian multi didiplin. Dalam model ini butir-butir pembelajaran perlu
ditata sedemikian rupa hingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai
butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran berbeda. Oleh karena itu perlu
adanya tema sentral dalam pemecahan
suatu masalah yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.
Langkah-langkah pembelajaran terpadu.
1. Guru menentukan salah satu tema dari mata
pelajaran PKn yang akan dipadukan dengan tema-tema pada matapelajaran lain.
2. Guru mencari tema-tema dari mata pelajaran lain
yang memiliki makna yang sama.guru memadukan tema-tema dari beberapa mata
pelajaran yang dikemas menjadi satu tema besar.
3. Guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan
konsep-konsep berupa matapelajarn.
4. Guru menentukan alokasi waktu karena untuk
pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran
yang menggunakan tema tertentu sebagai
titik sentral pembelajaran yang
mengakomodasikan berbagai kompetensi dasar yang harus dicapai dari
satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Sedangkan pembelajaran terpadu
adalah proses pembelajaran yang
mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu
mata pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah.
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah
holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk
Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya
masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial.
Pembelajaran tematis merupakan salah satu model
pembelajaran terpadu. Karakteristik
model pembelajaran terpadu
adalah holistik, bermakna,
otentik, dan aktif Pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara
harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.
Dilihat dari cara memadukan konsep/ materi, keterampilan, topik, dan unit
tematiknya, terdapat sepuluh model atau cara merencanakan pembelajaran terpadu.
Dari kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara
atau model yang dapat dan sering digunakan dalam pembelajaran di Sekolah dasar
yaitu antara lain webbed, connected, dan integrated. Diantara ketiga model tersebut, yang paling
cocok diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah adalah model
Webbed. Model “webbed” sering disebut
jaring laba-laba, adalah model
pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang
berkecendrungan dapat disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Dalam model
webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran dalam satu mata
pelajaran atau antarmata pelajaran.
Dalam mengimplementasikan model pembelajaran
tematik ini ada beberapa tahapan kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap
perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian. Tahap perencanaan berkaitan dengan
langkah-langkah perencanaan pembelajaran terpadu, Sedangkan tahap pelaksanaan
merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan menggunakan
pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat dipilah menjadi
kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap penilaian
merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang
meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian.







bisakah saudara buatkan contoh bagan connected kompetensi dasar mata pelajaran untuk kelas rendah/kelas awal dengan pemersatu. diri sendiri dan keluarga dan bagan keterhubungan tersebut. from twentinonefti@gmail.com
BalasHapus